Antara Sholat, Masjid, dan Pendidikan Anak
SD Integral Luqman Al Hakim—“Rahma ini selalu shalat jama’ah di masjid lho Pak,” demikian kata seorang guru. Ia membanggakan muridnya kepada pengurus Yayasan Al-Amin di sekolah tempat muridnya belajar. Rahma dan teman-temannya yang sudah kelas enam SD Integral ini senang di masjid ketika program sholat dhuhur berjamaah yang semula dilakukan di kelas dan sejak kelas empat diterapkan sholat dhuhur berjamaah dimasjid.
Fasilitas tempat wudlu yang terjangkau anak dan tidak licin mencegah anak membawa dan meninggalkan najis, sehingga meraka selalu datang kemasjid lebih awal untuk bisa berwudlu sebelum azan. Kemudian setelah azan dhuhur mereka berdzikir sepuasnya.
Kalimat “Saya senang di masjid” yang datang dari seorang anak, adalah kalimat yang sangat diharapkan oleh orangtua. Kalimat yang bisa dibanggakan. Itu hidayah, tetapi kita percaya, pasti ada kondisi yang melatarbelakangi sehingga anak senang berada di masjid. Ya, senang di masjid. Karena mungkin juga anak senang di masjid bukan karena mengejar keuntungan duapuluh tujuh derajad. Tetapi karena ia memang merasa nyaman di masjid.
Guru di sekolah, orangtua di rumah, dan anggota jama’ah masjid di masyarakat adalah para pencipta kondisi. Ketiganya sangat menentukan bagi anak-anak untuk senang berada di masjid. Pada tulisan ini, kita akan lebih menyoroti peranan masjid agar anak-anak merasa nyaman di dalamnya.
Penting memberi kesempatan kepada anak-anak untuk mengumandangkan azan dan iqomah. Ketua Yayasan Ust Mustaji selaku imam masjid mendorong anak-anak untuk berlatih dan memberi kesempatan kepada mereka untuk melantunkan iqomah.
Kita tentu sangat menginginkan anak-anak yang sholeh dan sholehah. Salah satu aktivitas yang dapat dilatih sejak mereka masih kecil yaitu shalat.
Rasulullah SAW bersabda :
"Perintahkanlah anak-anakmu untuk melaksanakan shalat ketika berumur tujuh tahun. Dan pukullah mereka ketika (mereka tidak mau shalat padahal mereka sudah) berumur sepuluh tahun, dan pisahkanlah mereka dari tempat tidur". (HR. Abu Daud)
Yang paling penting adalah JANGAN BERMIMPI PUNYA ANAK SHOLEH/SHOLEHAH, RAJIN SHOLAT, RAJIN KE MASJID, JIKA KITA ORANG TUANYA TIDAK SHOLEH/SHOLEHAH, KONSISTEN MEMELIHARA DAN MEMPERBAIKI SHOLAT KITA.
Semoga Allah memberikan kepada kita taufiq, hidayah, dan inayah untuk dapat mendidik anak-anak kita menjadi anak-anak yang sholeh/sholehah, menciptakan generasi yang kuat yang akan menjadi penyumbang kebangkitan generasi Islam akhir zaman.
"Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan". (QS. At-Tahriim : 6)
"Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar". (QS. An-Nisaa : 9)
Wallahu'alam
(khum)